Lisse bersama timnya juga menemukan kesamaan antara debu di sekitar ETA Corvi dengan meteorit Almahata Sitta, yang jatuh ke bumi dan menghujani sekitar 600 fragmen di Sudan pada tahun 2008.
Teleskop Ruang Angkasa Spitzer milik NASA telah mendeteksi tanda objek-objek dingin menghujani sebuah sistem tata surya asing. Hujan lebat ini menyerupai kejadian di tata surya kita sendiri beberapa miliar tahun yang lalu selama periode yang dikenal sebagai “Pembombardiran Berat Akhir,” yang mungkin telah membawa air dan bahan-bahan pembentuk kehidupan lainnya ke bumi.
Bombardir komet yang dialami sistem ETA Corvi mirip dengan periode dalam sejarah tata surya kita yang disebut “Pembombardiran Berat Akhir”. Selama fase ini, yang terjadi sekitar 4 miliar tahun yang lalu, komet dan objek-objek dingin lainnya menghujani tata surya kita dan menghajar planet-planet di dalamnya, menghasilkan sejumlah besar debu. Bukti terjadinya badai komet ini dapat dilihat di berbagai bekas benturan dan kawah yang tercetak di bulan.
Sekarang, Spitzer mendeteksi segerombolan debu di sekitar Eta Corvi yang sangat sesuai dengan susunan kimiawi dari sebuah komet raksasa yang lenyap, kata Carey Lisse, ilmuwan senior riset di Applied Physics Laboratory di Laurel Johns Hopkins University, dan penulis utama makalah studi.
Sistem Eta Corvi berjarak sekitar 1 miliar tahun, yang menempatkannya ke dalam periode waktu yang tepat untuk terjadinya badai komet, kata para peneliti.
“Kami yakin telah memiliki bukti langsung Pembombardiran Berat Akhir yang sedang berlangsung dalam sistem bintang terdekat Eta Corvi, terjadi sekitar waktu yang sama dengan waktu dalam sistem surya kita,” kata Lisse.
Lisse mempresentasikan temuan hari ini (19 Oktober) dalam pertemuan Signposts of Planets di NASA Goddard Space Flight Center di Greenbelt, Md. Rincian dari studi baru ini dipublikasikan dalam edisi mendatang Astrophysical Journal.
Bahan-bahan untuk kehidupan?
Jenis badai komet berat ini menjadi minat khusus para peneliti karena, sebagai objek es yang menumbuk planet-planet bagian dalam tata surya, mereka membantu membawa elemen-elemen pembentuk kehidupan ke bumi.
“Menariknya, kita melihat awal kehidupan di bumi pada akhir Pembombardiran Berat Akhir,” kata Lisse.
Para astronom tidak menemukan bukti langsung keberadaan sebuah planet di sekitar Eta Corvi, namun berdasarkan konten dari debu, dan kedekatannya dengan Eta Corvi, temuan ini menunjukkan bahwa satu atau lebih komet bertabrakan dengan objek berbatu seperti bumi.
“Mereka menghujani sebuah objek berbatu yang setidaknya berukuran Ceres [asteroid raksasa], atau sesuatu yang disebut super-Bumi,” kata Lisse. “Jika komet-komet itu menghantam satu sama lain, kita akan melihat kepulan yang sederhana dan tidak akan mencair dan bertransformasi seperti yang kami lihat.”
Para peneliti juga menggunakan detektor inframerah teleskop Spitzer untuk menganalisis cahaya yang muncul dari debu di sekeliling Eta Corvi. Para astronom menemukan tanda-tanda kimia – seperti es cair, organik dan batu – yang menunjuk sebuah komet raksasa sebagai sumbernya.
Lisse bersama timnya juga menemukan kesamaan antara debu di sekitar ETA Corvi dengan meteorit Almahata Sitta, yang jatuh ke bumi dan menghujani sekitar 600 fragmen di Sudan pada tahun 2008. Kesamaan antara fragmen meteorit Sudan dan objek dingin yang menghajar sistem Eta Corvi akan menunjukkan tempat kelahiran yang sama dalam tiap-tiap sistem surya.
Dari mana komet-komet ini berasal?
Para astronom juga menemukan sebuah cincin debu dingin kedua yang lebih besar di tepi jauh dari sistem Corvi Eta yang tampaknya menjadi lingkungan yang sesuai untuk menyimpan es komet dan objek-objek lainnya. Cincin terang dan berdebu ini ditemukan pada tahun 2005, dan letaknya dari Eta Corvi sekitar 150 kali jarak dari bumi ke matahari.
Wilayah dalam sistem Eta Corvi ini mirip dengan Sabuk Kuiper tata surya kita, tempat objek-objek dingin dan berbatu sisa dari pembentukan planet-planet. Sabuk Kuiper adalah tempat sejumlah besar objek beku yang secara kolektif dikenal sebagai obyek-objek Sabuk Kuiper. Data baru dari Spitzer menunjukkan bahwa meteorit AlmahataSitta mungkin berasal dari Sabuk Kuiper kita.
Sekitar 600 juta tahun setelah tata surya kita terbentuk, atau sekitar 4 miliar tahun yang lalu, para astronom menduga bahwa Sabuk Kuiper terguncang akibat migrasi gas raksasa Jupiter dan Saturnus. Gangguan dalam keseimbangan gravitasi tata surya ini menyebarkan objek-objek es di Sabuk Kuiper.
Gangguan gravitasi melemparkan banyak objek dingin ke dalam ruang antar bintang, yang menghasilkan debu dingin di dalam sabuk, namun beberapa di antaranya terlempar ke jalur orbit yang mendatangkan malapetaka pada planet-planet dalam tata surya.
Pembombardiran Berat Akhir ini berlangsung hingga 3,8 miliar tahun yang lalu, kata para peneliti. Komet-komet menghajar sisi bulan yang menghadap bumi, dan magma yang merembes keluar dari kerak bulan dan akhirnya didinginkan, menciptakan cahaya kontras dan bercak gelap di permukaan bulan, seperti fitur “Man on the Moon” yang bisa kita lihat saat ini.
Planet kita sendiri tidak kebal terhadap tumbukan selama bombardir ini, komet-komet yang menghantam bumi diperkirakan telah terendapkan air dan karbon di bumi, kata para peneliti.
“Kami rasa sistem Eta Corvi seharusnya dipelajari secara rinci untuk mempelajari lebih lanjut tentang hujan tumbukan komet dan benda-benda lain yang mungkin telah memulai kehidupan di planet kita sendiri,” kata Lisse.
Informasi lebih lanjut tentang Spitzer, kunjungi: http://spitzer.caltech.edu/ dan http://www.nasa.gov/spitzer
sumber:http://www.faktailmiah.com
Tags:
Pengetahuan
Leave a comment